Selasar Rindu

Aku dan kamu,
Berbincang dengan bahasa yang hanya kita yang dapat mengerti
Tentang sebuah angan dan kerinduan
Menyesapnya dalam hati yang getir
Menyimpannya dalam ruang-ruang kalbu

Aku juga kamu,
Bercakap dengan bahasa yang sama itu
Secara sederhana, sesederhana angin yang bertiup di sekitar kita
Menapaki selasar rindu yang bermain berkejaran waktu

Aku serta kamu,
Tak dapat mengelak jarak yang terbingkai memisahkan
Nyata, senyata aroma tubuhmu yang kuhirup senja itu
“kita tak bisa mengelak takdir,” demikian ungkapmu getir
Dan kumengerti, rindu ini tak akan teraih lagi
Menyimpan tatap, hingga terlelap ….

0 komentar:

Posting Komentar