"aku juga ingin dianggap ada", demikian suatu kali hujan berbisik pada angin yang berhembus disela-sela gedung tinggi dan belukar alam raya.
"kau ada, namun tak setiap jiwa bisa merasanya", jawab angin acuh tak acuh seraya terbang membumbung tinggi menembus langit gelap. melayang menyapa pohon, sungai, hutan, gunung,dan entah apa.
perih menghujam hujan kala kehadirannya tak senantiasa diharap.. dipaksa berucap namun hanya kelu yang terluap. pengap................cuma
hujan menangis dan menangis semakin hebat. jiwanya gemetar semakin kuat.. ia seperti di tarik paksa untuk hadir di suatu tempat...dan dijejali semua kata keramat yang ia tak mampu melumat.
perih..perih..perih......j
"menyingkirlah hujan ! agar tak ada lagi jiwa yang tersakiti oleh mu.... pergilah sejauh mungkin karena tempat yang kau kunjungi hanyalah fatamorgana, oase semu di tengah kemarau panjang yang tak terelaki.......!!!!" usir sebuah suara tanpa rupa .
airmata hujan membanjir serupa bah, berteriak tanpa suara..menangis sekuat tenaga hingga membenamkan seluruh kota dengan airnya yang bergejolak..marah......
kemudian...tangisannya perlahan senyap.....
"tolong aku....." ujarnya lirih....sedemikian lirih hingga tak ada yang mampu mendengarnya bahkan hatinya sendiri.
( Sementara itu ditempat terpisah...sesosok tubuh terpaku melihat hujan yang mengamuk di luar jendela. sendirian disudut ruangan itu, menatap lelehan hujan yang menetes. Hujan ada diluar, tapi dia pun merasai tetesan yang sama mengalir di pipinya. dan Dia begitu membenci hujan saat itu, begitu membencinya....)
1 komentar:
duh mbak sedih sekali, peluk
Posting Komentar