Dahulu, angin pernah berbisik kepada hujan
Bahwa walau mereka tak bersama
Namun angin akan selalu menunggu
Sampai hujan datang kembali
Hujan memegang janji itu dan pergi menjauh
Singgah di tempat-tempat yang membutuhkan kehadirannya
Mengelana tanpa arah, dan mencari jalan kembali pulang kepada angin…
Ketika hujan kembali di tempat yang sama
Ia melihat angin bercumbu rayu dengan rembulan
Hilang segala janji, lepas segala asa…
Hingga hujan pergi menyerah kalah
Tercabik hatinya, jauh…sangat jauh…….
Ia mengamuk, melewati tempat2 dan meluluhkantakkannya
Mencipta badai, merupa banjir…
Namun lelaki itu berdiri di tengah amarah sang hujan
Tenang…tak bergeming meski sekitarnya tak lagi berbentuk
Ditatapnya sang hujan, dengan mata yang menghujam dalam
“mengapa engkau mengamuk serupa badai, wahai hujan yang indah ?”
“aku terluka oleh janji yang dikhianati…terperih oleh bibir yang mendusta”
Lalu menangislah hujan sedemikian nestapa, hingga airmatanya menjadi rinai yang menderas
Lelaki itu memeluk hujan dengan rengkuhan dalam dan membiarkan hujan membasahi tubuhnya dengan airmata
“Menangislah, namun jangan pernah meratapi”
Begitulah…hingga akhirnya hujan tak lagi bisa terpegang janji..
Tak pernah datang pada saatnya, tak pernah pergi ketika harus pergi..
Alam tak lagi bisa ditebak karena hujan tak lagi berkata-kata
Diam membisu sepuluh ribu bahasa, begitu senyap…..
Airmatanya mengering , kerontang bak batu cadas,
Hujan enggan mengelana, bersembunyi di sudut kelam
Tak seorangpun tau dimana ia,
Alam meretak panas, bumi tepecah retas,
Sampai suatu ketika, lelaki itu kembali menemuinya,
“hujan..tak lelahkah kau bersembunyi hingga entah nanti ?”
“aku lelah, teramat lelah….aku terluka parah..aku menyerah”
I”hidup bukan untuk ditangisi, hujan….
Hidup adalah berkah, kau adalah berkah, jangan menyerah kalah…”
“aku tercabik, tercekik tak sanggup memekik mengeluh sakit..”
“kembalilah..jutaan nafas menunggumu..
Berharap kau tak berlalu dengan bisu,
Bicaralah agar mereka mengertimu
Bicaralah, walau kau tak mau
Karena hanya kau yang mampu
Merubah dunia tak lagi sendu…”
“wahai malaikat penolong, katakan padaku apa yang tersisa
Setelah tak lagi ada seluruh asa
Terbungkam oleh rasa tak berdaya ?”
“saat ini, aku berdiri di sini untuk kau mengerti
Ku terjang mentari, ku tapaki titian pelangi
Karena ku tahu, disana kau bersembunyi
Menanti datang saat sunyi…
namun pelangi akan segera pergi
tak ada lagi tempat tuk lari,
hanya satu tempat tuk kembali…dalam pelukanku ini…”
hujan menatap sang lelaki
yang dilihatnya bukan ilusi atau imaji
diraihnya jemari lelaki ini
dan disentuhnya sepenuh hati
“aku akan pulang….asal kamu mau berjanji
Tak akan meninggalkanku sendiri…”
“hujan….hanya janji yang aku miliki…”
Direngkuhnya hujan dalam dekapan sang lelaki.